Recently updated on Juli 25th, 2021 at 06:52 am

Tahukah Ayah Bunda, tujuan pendidikan dibagi dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik? Dalam artikel ini, kita akan membahas aspek kognitif, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan kecerdasan atau perkembangan otak manusia. Salah satu kemampuan dalam aspek kognitif ini ialah kemampuan belajar maupun berpikir kritis.
Berpikir kritis sangat dibutuhkan sebagai dasar saat mengambil keputusan. Pola berpikir kritis ini dapat dilatih sejak anak usia dini. Agar anak dapat berpikir kritis, maka diperlukan proses pembelajaran yang konsisten dan berkesinambungan sejak usia dini. Biasanya anak yang berpikir kritis tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi akan mempertanyakan kembali mengenai apa, siapa, di mana, dan kenapa sampai ia bisa menilai suatu informasi sesuai dengan logikanya.
Ayah Bunda pasti tahukan, pada masa emas/golden age (usia 0-6 tahun) kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi. Informasi yang diserap anak pada masa ini akan berdampak bagi perkembangan anak di masa mendatang. Pada masa ini diharapkan orang tua bisa berperan aktif sebagai pendidik dan mengarahkan anak sesuai dengan kemampuan serta usianya.
Mengenalkan pola berpikir kritis pada anak usia dini perlu menggunakan metode yang tepat. Ayah Bunda bisa mengenalkan dan membimbing anak dengan cara yang menyenangkan dan tidak dipaksakan. Misalnya, kita bisa lakukan dengan konsep bermain sambil belajar, agar anak juga merasa senang dan nyaman dalam proses pembentukan pola berpikir kritis tersebut, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Baca juga
- Menyikapi Dampak TikTok untuk Anak-Anak
- Pentingkah Orang Tua Menghargai Privasi Anak?
- Bisakah Membatasi Gadget untuk Anak tapi Orang Tua Masih Menggunakannya?
- Bolehkah Orang Tua Turuti Semua Kemauan Anak?
5 tips sederhana di bawah ini dapat Ayah Bunda lakukan untuk menumbuhkan pola pikir kritis pada anak-anak, yuk simak!
- Bimbing anak untuk mengamati suatu benda dan latih kemampuan kognitif anak. Misalnya, ketika anak melihat kucing, tanyakan berapa jumlah kaki, mata, telinga yang dimiliki kucing.
- Latih anak untuk membandingkan dua objek yang berbeda dan kontras, sehingga anak belajar untuk menganalisa dan mengkategorikan persamaan maupun perbedaan dari objek yang diamati. Contohnya meminta anak untuk membandingkan buah jeruk dan anggur, ikan dan ayam, atau apapun yang ada di sekitar mereka. Tanyakan pada mereka, apa persamaan dan perbedaan keduanya.
- Tingkatkan kemampuan logikanya. Misalkan dengan meminta anak untuk menceritakan kembali cerita yang sudah ia dengar atau kita bacakan dengan bahasanya sendiri. Kemudian tanyakan mengenai isi cerita, karakter tokoh dan arahkan anak agar mampu menghubungkan cerita dengan kejadian dalam kehidupan nyata. Contoh, mengapa kancil mencuri ketimun? Bolehkah kita bersikap seperti kancil?
- Melatih kerja sama dalam permainan yang mengasyikan. Kita bisa memberi kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan teman-teman seusianya. Kemudian, beri stimulus pada anak agar berani mengeksplorasi kreativitas dan berkomunikasi di dalam kelompok.
- Mintalah anak untuk melanjutkan sebuah cerita. Biarkan anak mengembangkan imajinasi dan daya kreatifnya untuk bercerita. Gunakan cara yang membuat anak tertarik, misalnya menjawab pertanyaan yang diajukan anak atau dengan kita balik bertanya.
Ayah Bunda, yuk kita terapkan tips di atas, agar bisa membentuk pola berpikir kritis dan menciptakan kedekatan anak dengan orang tua yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak sepanjang hidupnya. (Aps)