5 Cara Positif Melarang Anak

Cara Positif Melarang Anak
Sumber: Freepik.com/gpointstudio

Ayah Bunda, terkadang tingkah laku anak memang menggemaskan dan tersenyum sampai tertawa geli. Sayangnya, tidak selalu demikian. Ada kalanya orang tua harus menghadapi saat-saat ketika anak bereksplorasi dan berekspresi berlebihan atau berperilaku membahayakan. Jika hal itu terjadi, umumnya kita akan segera mengatakan ‘tidak’ atau ‘jangan’ pada anak.

Tak sedikit dari orang tua yang menganggap bahwa sering mengatakan ‘tidak’ dan ‘jangan’ adalah cara efektif mendisiplinkan anak. Padahal kedua kata itu menurut ahli dapat menimbulkan kebencian atau membentuk kepribadian anak menjadi pemberontak. Kata negatif tersebut pada akhirnya bisa memadamkan rasa ingin tahu atau inisiatif anak dan jika dilakukan jangka panjang anak akan tumbuh menjadi anak yang pasif.

Ayah Bunda, anak adalah tempat kita belajar. Anak belum memahami sepenuhnya mana yang baik dan benar. Orang tualah yang harus memberikan bimbingan dan pendidikan tersebut pada anak. Semua kata-kata yang diterima anak sejak kecil akan sangat terekam di otak anak sampai anak itu beranjak menjadi dewasa.

Baca juga

Terutama periode umur 2 sampai 5 tahun adalah masa eksplorasi bagi anak, anak menjadi sosok aktif dan berpotensi menyerap banyak pengetahuan. Fase tersebut juga bisa menjadi pondasi penting bagi rasa percaya diri anak. Maka kita harus menghindari kata negatif yang bisa membatasi rasa ingin tahu dan percaya diri anak.

Berikut adalah 5 alternatif cara positif melarang anak:

1. Mengganti kata larangan dengan kalimat positif

Pastikan saat melarang anak, Ayah Bunda memberikan alasan yang jelas dan dapat diterima anak. Gunakanlah kalimat sederhana yang bisa dengan mudah dimengertinya. Cobalah untuk mengganti penggunaan kalimat, menggunakan kalimat positif. Misalnya, ketika anak mencoret-coret dinding katakan “Menggambarnya di kertas saja ya kak!” atau ketika anak berteriak-teriak katakan “Bunda bisa mendengar kamu sayang, coba dipelankan suaranya ya!

2. Melatih rasa tanggung jawab

Misalnya, ketika anak bermain dengan air minumnya kemudian tidak sengaja menumpahkannya. Alih-alih memarahinya, berikanlah lap kemudian minta anak untuk membersihkan tumpahan airnya. Dengan demikian kita tidak melarang anak berhenti bermain. Kita melatihnya untuk bertanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan.

3. Memberikan pilihan

Saat anak merengek meminta sesuatu, Ayah Bunda bisa mengalihkan dengan memberikan tawaran pilihan lain. Ketika anak mengetahui ada tawaran menarik lain, hal tersebut dapat mengendalikan situasi dari ancaman tantrum, dan membuat anak sibuk mengharapkan sesuatu yang lain. Tapi Ayah Bunda harus memastikan pilihan tersebut diberikan ya. Misalnya: “Kakak mau menangis aja nih atau mau es krim ketika kita sampai di rumah?”

4. Memberikan alasan

Anak belum bisa seutuhnya membedakan mana perilakunya yang benar atau salah. Tapi anak sudah bisa berperilaku sesuai dengan pengalamannya. Untuk itu, ajak anak duduk bersama dan jelaskan mengapa ia tak selalu bisa mendapat apa yang diinginkannya. Setelah mengetahui maksud kita, maka anak mungkin akan mencurahkan perasaannya. Kesempatan ini tentunya sangat bagus untuk bisa memulai komunikasi positif untuk mengubah kebiasaan buruk.

5. Membuat kesepakatan

Sebelum mengajak anak pergi bersama, Ayah Bunda bisa membuat kesepakatan. Diskusikan dengan anak apa saja yang ia bisa dan tidak  bisa dilakukan, dan jelaskan alasannya. Misalnya, ketika akan pergi ke supermarket kita bisa membuat kesepakatan untuk tidak membeli mainan baru hari ini, karena kemarin sudah dibelikan Bunda boneka baru. Ayah Bunda bisa coba dengan berkata “Kakak, hari ini kita akan ke supermarket untuk membeli susu dan kebutuhan memasak saja ya. Nanti kalau kakak lihat mainan, kita hanya lihat-lihat saja ya, kan kakak kemarin sudah Bunda belikan boneka baru.”

Ayah Bunda, dalam kesempatan tertentu ada kalanya kita harus berkata ‘tidak’ terutama bila alternatif yang sudah dilakukan tidak berhasil. Namun hindari ucapan yang bernada emosional. Gunakan bahasa tubuh yang tegas tapi juga lembut, misalnya dengan berkata sambil menatap mata anak agar anak tahu bahwa kita benar-benar melarang karena ada alasannya. (NNF)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.