
Ayah Bunda, Apakah ananda malu berbicara di depan banyak orang, diam saja di dalam kelompok, atau lebih senang bermain sendiri? Bisa jadi ananda adalah anak yang cenderung memiliki karakter pemalu yang membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa beradaptasi dalam lingkungan yang baru. Tapi tahukah Ayah Bunda, anak yang pemalu sebenarnya memiliki kemampuan mendengar dan observasi yang baik. Ia akan lebih memilih untuk mendengarkan dan mengobservasi terlebih dahulu lingkungan barunya.
Di awal ia akan mengamati bagaimana karakter teman-temannya, bagaimana cara bermainnya, sehingga ia merasa siap untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Meski umum terjadi pada anak-anak, namun sebenarnya ada faktor lain yang turut dapat menyebabkan seorang anak menjadi pemalu, seperti meniru sifat orang tua, tidak diarahkan bersosialisasi sejak dini, korban perundungan (bullying), dan selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal.
Baca juga
- Menyikapi Dampak TikTok untuk Anak-Anak
- Pentingkah Orang Tua Menghargai Privasi Anak?
- Bisakah Membatasi Gadget untuk Anak tapi Orang Tua Masih Menggunakannya?
- Bolehkah Orang Tua Turuti Semua Kemauan Anak?
Sebenarnya mungkin mereka ingin bersosialisasi, namun kerap merasa takut, ragu, dan tidak tahu bagaimana caranya. Perlu diingat, peran Ayah Bunda dalam pembentukan karakter anak sangatlah penting. Berikut 6 tips agar anak pemalu lebih berani bersosialisasi:
Menerima sifat anak apa adanya. Sebagai orang tua kita harus menerima sifat anak apa adanya. Ketika anak sedang berada di lingkungan baru, hindari memaksakan anak untuk segera bersosialisasi. Jika enggan bersosialisasi, Ayah Bunda bisa mengajaknya untuk mencoba bersosialisasi kembali jika anak sudah merasa siap.
Empati dengan perasaan anak. Saat anak merasa malu hindari menudingnya dengan perkataan yang bisa menurunkan rasa percaya dirinya. Ayah Bunda bisa menunjukkan rasa empati dengan perasaan anak. Bantu anak mendeskripsikan perasaannya, misalnya “Kakak malu ya? Tidak apa. Bunda juga dulu malu waktu pertama kali sekolah tapi bu guru dan teman-teman baik sekali loh, jadi Bunda tidak malu lagi.”
Hindari melabeli anak pemalu. Ayah Bunda, perkataan adalah doa maka hindari melabeli anak dengan julukan yang negatif seperti anak pemalu. Apalagi jika julukan tersebut sampai terdengar oleh anak. Hal tersebut akan tertanam dalam ingatan anak dan akhirnya ia merasa benar bahwa ia adalah anak yang pemalu.
Jadilah panutan yang baik bagi anak. Orang tua adalah teladan pertama bagi anak, maka untuk membuat anak lebih berani bersosialisasi salah satu caranya adalah dengan memberikan contoh yang baik. Ayah Bunda bisa mencontohkan kebiasaan seperti menyapa tetangga saat bertemu di jalan. Hal tersebut akan dilihat oleh anak dan anak sebagai peniru ulung tentu akan mendapatkan contoh yang baik dari orang tuanya.
Melatih keterampilan sosial yang lebih spesifik. Stimulasi/latihan yang bisa orang tua lakukan agar anak lebih berani bersosialisasi adalah dengan memberikan latihan keterampilan sosial yang lebih spesifik. Misalnya, melatih anak berbagai ekspresi seperti tersenyum dan menyapa saat bertemu orang lain yang dikenal, mengucapkan tolong, terima kasih, dan maaf. Hal tersebut adalah salah satu keterampilan sosial yang harus dimiliki oleh anak sejak usia dini.
Berlatih dengan cara bermain peran. Bermain peran adalah salah satu cara melatih anak agar lebih berani dan percaya diri. Dalam kegiatan bermain peran anak akan mempelajari banyak hal seperti cara berkomunikasi, keberanian mengemukakan pendapat dan keterampilan sosial lainnya karena sudah terbiasa berkomunikasi saat bermain peran dengan teman/orang tua.
Ayah Bunda, memang tidak mudah untuk melatih anak agar lebih berani bersosialisasi, tentu memerlukan waktu yang tidak singkat. Namun sebagai orang tua, disinilah peran kita untuk memberikan hak pendidikan anak melalui bimbingan karakter dengan cara-cara yang tidak memaksakan anak. Tetap semangat ya Ayah Bunda. (NNF)