
Sering kali pola asuh toxic parents dipicu oleh gangguan mental atau kecanduan yang serius, atau hal lainnya yang perlu diwaspadai. Bisa dari masa kecil orang tua yang tidak baik/traumatis, membawa luka akibat pengasuhan yang tidak benar sehingga terjadilah toxic parents. Ketika luka lama belum sembuh, orang tua dapat melukai anak dengan cara yang sama seperti yang dulu pernah dialaminya.
Pola asuh toxic parents tidak lazim dilakukan ya Ayah Bunda, meskipun berdalih semua yang dilakukan karena cinta dan kasih sayang. Anak akan terluka secara mental dan emosional, sehingga berdampak buruk bagi dirinya. Yuk, kenali ciri pola asuh toxic parents agar kita bisa mewaspadai pola asuh kita pada anak.
Mengambil keputusan tentang anak tanpa berdiskusi. Setiap keputusan yang berkaitan tentang hidup anak akan ditentukan oleh orang tua, namun dalam proses mengambil keputusan tersebut, anak tetap harus dilibatkan. Setidaknya orang tua bisa mengajak anak berdiskusi dan mendengarkan pendapatnya. Jika orang tua dan anak memiliki pola pikir berbeda, diskusi yang hangat akan membantu mencari keputusan yang adil.
Namun pada toxic parents, orang tua justru mengambil keputusan tanpa mau mendengarkan pendapat dari anak. Misalnya tentang memilih sekolah, memilih tempat les, atau bahkan memilih jurusan pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi. Selain tidak mau mendengarkan pendapat anak, orang tua dengan pola asuh toxic parents juga hanya akan mempertimbangkan perasaannya sendiri dan bagaimana keputusan tersebut memengaruhi harga dirinya, karena itulah yang paling penting.
Tidak menghargai privasi anak. Wajar jika orang tua selalu ingin tahu tentang kehidupan anak-anaknya, namun pahamilah bahwa anak juga punya privasi alias kehidupan pribadi. Pada orang tua berpola toxic parents, seringkali batasan privasi anak akan dihilangkan dan anak selalu dianggap belum mampu memiliki kehidupan sendiri, ini karena orang tua percaya apapun tentang kehidupan anak adalah haknya, sehingga tidak ada yang perlu dibatasi.
Baca juga
- 3 Tips Memilih Sumber Belajar Parenting yang Baik
- Tips Mengenalkan Musik pada Anak
- Menanamkan Persahabatan Sejak Dini: Pentingnya Hubungan Sosial pada Anak
- Anak Suka Marah Marah Karena Kecanduan Gadget. Bagaimana Cara Mengatasinya?
Mengungkit setiap pemberian untuk anak. Salah satu tugas orang tua adalah memenuhi setiap kebutuhan anak-anaknya, mulai dari kebutuhan pakaian, pendidikan hingga makan. Oleh sebab itu, tidak wajar jika hal-hal seperti ini diungkit-ungkit untuk membuat anak merasa bersalah. Orang tua dengan pola asuh toxic parents tanpa disadari sering membuat anak takut dan menurut dengan mengungkit semua yang sudah diberikan.
Misalnya dengan kalimat seperti: “Ayah Bunda sudah mengeluarkan banyak uang untuk kamu makan dan sekolah, jadi kamu harus menuruti semua perintah orang tua! Kalimat-kalimat sejenis ini biasanya digunakan orang tua untuk mempertahankan dominasi atas anak-anak. Mereka ingin mengendalikan aktivitas anak dengan menggunakan cara apa, termasuk menggunakan rasa bersalah atau membuat anak merasa berutang budi pada orang tua.
Terlalu kritis pada semua hal. Orang tua pasti menginginkan semua yang terbaik untuk anak dan akan membantu membimbingnya. Namun kadang-kadang orang tua tidak ingin anaknya mengalami penurunan prestasi atau kesalahan, sehingga kritis pada semua hal yang dilalui anak tanpa menghargai usahanya. Terus-menerus dikritisi dan disalahkan tanpa dihargai setiap jerih payahnya akan membuat anak enggan berusaha. Mereka tumbuh dengan rasa takut pada orang tuanya sendiri.
Tak mau kalah saing dengan anak. Orang tua dengan pola asuh toxic parents seringkali tanpa disadari membuat kompetisi tidak sehat. Misalnya orang tua melihat prestasi anak justru sebagai ancaman terhadap harga diri mereka sendiri, alias menjadi iri.
Orang tua seakan tidak rela jika anak tumbuh dengan prestasi dan penampilan yang lebih baik dari mereka. Alih-alih memuji usaha dan prestasi anak, orang tua justru menyebutkan bahwa masa kecil mereka jauh lebih berprestasi dan mengatakan bahwa anak tidak akan pernah bisa melebihi kemampuan orang tua. Sejatinya orang tua justru akan bangga jika anak-anaknya tumbuh berprestasi dan memiliki penampilan serta pribadi yang baik.
Menggunakan kata kasar dan menyakiti hati anak. Saat anak melakukan kesalahan, tugas orang tua adalah mendengarkan keluh kesahnya dan meningkatkan kembali rasa percaya dirinya. Jika bisa, bimbing anak supaya tidak mengulangi kesalahannya. Toxic parents biasanya justru tidak akan menerima kesalahan anak. Semua berujung dengan ucapan-ucapan kasar dan tanpa disadari menyakiti hati anak.
Tidak mau mendengarkan ucapan anak. Dilansir Smart Parenting, jika anak mengatakan bahwa orang tua tidak pernah mendengarkan, itu bisa berarti orang tua mendengar kata-kata anak tetapi gagal memahami apa yang anak coba komunikasikan kepada orang tua. Hal tersebut disampaikan oleh pendiri Impact ADHD, Elaine Taylor-Klaus. Nah, apabila anak mengeluhkan masalah ini berulang kali, itu bisa berarti orang tua gagal memberikan solusi untuk menghilangkan akar masalah.
Cinta dari orang tua kepada anak dapat diungkapkan dengan banyak cara. Salah satunya dengan mengakui dan meminta maaf saat melakukan kesalahan. Jika ada salah satu ciri toxic parents ini yang Ayah Bunda lakukan, yuk segera meminta maaf dan mengubah sikap tersebut. (Aps)