
Sebagai orang tua, tentu tak ingin anak kita berperilaku buruk ya Ayah Bunda. Apalagi saat anak mengabaikan perintah orang tua dan terkadang anak juga suka merebut mainan yang sedang dimainkan oleh saudaranya atau teman bermainnya.
Adapula perilaku buruk lainnya, misalnya anak yang gemar berteriak atau mengeluarkan kata kasar. Lalu, bagaimana sikap kita selaku orang dewasa atau orang tua ya? Yuk, simak enam cara alihkan perilaku negatif pada anak berikut ini:
Fokus pada hal positif. Tidak dipungkiri anak-anak memang suka menjengkelkan. Misalnya saat tidak mau tidur siang atau membuat mainannya berantakan tanpa mau membereskannya kembali. Tetapi Ayah Bunda tetap harus fokus pada hal positif yang ada di diri anak, misalnya anak yang mau membantu merapikan belanjaan, atau saat ia menghabiskan makanannya tanpa menyisakan sayuran. Dengan memikirkan tingkah laku positif anak, maka akan membantu orang tua untuk terus berpikiran dengan sudut pandang anak.
Baca juga
- Menyikapi Dampak TikTok untuk Anak-Anak
- Pentingkah Orang Tua Menghargai Privasi Anak?
- Bisakah Membatasi Gadget untuk Anak tapi Orang Tua Masih Menggunakannya?
- Bolehkah Orang Tua Turuti Semua Kemauan Anak?
Tetapkan target yang jelas. Tidak ada gunanya memberi tahu anak, bahwa kita tidak menyukai sikapnya. “Ayah Bunda tidak suka ya kamu tidak membereskan mainan.” Alih-alih, berkata seperti itu, lebih baik orang tua berbicara dengan tujuan yang tepat, misalnya, “Lain kali kalau habis mainan, dibereskan lagi ya, Nak.” Dengan begitu anak tahu persis apa yang diperlukan. Dengan memberikan target yang jelas, tentu lebih mudah untuk dicapai, terutama ketika itu hanya membutuhkan sedikit usaha darinya.
Pilih kata-kata dengan hati-hati. Ayah Bunda mungkin kesal dengan bagaimana anak-anak menjawab dengan tidak sopan atau berteriak saat memberikan peringatan. Namun, sebaiknya kita sebagai orang tua tetap memberi kata-kata positif pada anak. “Ayah Bunda tahu kamu bisa disiplin dalam membereskan mainan setelah bermain.” Sungguh menakjubkan betapa lebih responsifnya anak terhadap komentar yang membangun, daripada komentar negatif tentang kebiasaan buruknya. Dia akan lebih mau mendengarkan.
Bersikap realistis. Jangan bertujuan untuk menghilangkan semua kebiasaan buruknya sekaligus. Anak akan merasa benar-benar kewalahan dan justru meremehkannya jika orang tua memberinya daftar panjang hal-hal yang anak lakukan yang membuat orang tua jengkel. Lebih baik memilih satu kebiasaan yang menyebalkan atau yang paling mudah diubah. Bicarakan tentang kebiasaan itu dengan anak, jelaskan mengapa Ayah Bunda tidak menyukainya dan tawarkan cara alternatif baginya untuk bereaksi dalam situasi itu.
Dampingi anak. Jangan lupa bahwa anak juga ingin menyenangkan orang tuanya. Anak benar-benar ingin orang tua berpikir bahwa ia hebat, meskipun ia kadang membuat kesal. Jadi, dampingi dan beri motivasi pada anak dalam melakukan perubahan.
Tempatkan diri di posisi anak. Ayah Bunda juga harus memiliki empati, menempatkan diri di posisi Anak. Misalnya, anak marah karena Ayah Bunda tidak membelikannya sepatu yang sedang trendi. Mungkin Ayah Bunda berpikir, apa sih yang membuat anak tiba-tiba menjadi egois, penuntut, dan kasar seperti ini? Tetapi pernahkah Ayah Bunda berpikir, alasan apa yang menyebabkan anak menginginkan sepatu tersebut?
Perilaku negatif memang dimiliki oleh siapa saja ya Ayah Bunda, termasuk anak-anak. Ingat, sikap negatif dapat diubah menjadi positif seiring berjalannya waktu dan dampingan dari orang tua. Salam biMBA. (Aps)