Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

bung-karno1

“17 Agustus tahun 45… itulah Hari Kemerdekaan kita. Hari Merdeka nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia. Merdeka… Sekali Merdeka tetap Merdeka !”

Seperti yang terdapat di penggalan lagu Hari Merdeka, pada tanggal 17 Agustus 2014, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya. Setelah 3,5 tahun dijajah oleh Jepang, dan 3,5 abad dijajah oleh Belanda. Pada hari itu, semua pengorbanan terbayar sudah. Setelah berabad lamanya hidup dalam jajahan dan tekanan, akhirnya Indonesia merdeka.

Proklamasi  kemerdekaan yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus adalah sebuah peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Proklamasi telah mengubah perjalanan sejarah, membangkitkan rakyat dalam semangat kebebasan dan merdeka dari segala bentuk penjajahan. Bagaimanakah sesungguhnya, peristiwa yang terjadi 69 tahun lalu itu?

Jepang Jatuh

Jepang adalah negara terakhir yang menjajah Indonesia. Selama 3,5 tahun Jepang berhasil membuat rakyat Indonesia menderita dengan segala kebijakannya. Namun, pada tanggal 6 Agustus 1945, sebuah bom atom dari Amerika Serikat dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang. Kejadian tersebut mulai menurunkan moral tentara – tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian, terbentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) untuk menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. 3 hari kemudian tepatnya 9 Agustus 1945, bom atom kedua di jatuhkan Amerika Serikat di atas Nagasaki, sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk segera memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, timul laut Saigon, Vietnam, untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa Jepang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945. Sutan Syahir sudah mendengar berita mengenai Jepang yang menyerah kepada sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap memproklamasikan kemerdekaan RI dan menolak menerima kemerdekaan yang diberikan Jepang.

Tanggal 12 Agustus 1945, melalui Marsekal Terauchi Jepang mengatakan kepada Soekarno, Hatta, dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan memberikan kemerdekaan untuk Indonesia dan Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1945.

Selang dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke tanah air. Sutan Syahrir mendesak agak Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Syahrir menganggap bahwa Jepang memperdaya Indonesia. Sutan Syahrir dan golongan muda menekan Soekarno dan Hatta untuk segera memplokamirkan kemerdekaan Indonesia selepas Jepang menyerah pada sekutu 14 Agustus 1945. Namun, Golongan tua tidak mau terburu-buru. Mereka tidak ingin ada pertumpahan darah terjadi saat proklamasi. Tepat hari itu juga, PPKI melakukan rapat. Namun, rapat itu di tentang oleh golongan muda karena beranggapan bahwa PPKI adalah bentukan Jepang. Mereka ingin kemerdekaan yang mereka dapatkan sendiri, bukan dari Jepang.

Peristiwa Rengasdengklok

Dini hari tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda pejuang bersama Shodanco Singgih, salah satu anggota PETA ( tentara sukarela Pembela Tanah Air ) dan pemuda lainnya membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Para pemuda ‘menculik’ Soekarno dan Hatta agar mereka tidak terpengaruh oleh Jepang. Di Rengasdengklok, golongan muda ke Bali meyakinkan Soekarno dan Hatta bahwa Jepang sudah menyerah dan para pejuang muda siap melawan Jepang apapun resikonya. Selain itu di Jakarta, golongan muda dan golongan tua melakukan perundingan. Akhirnya Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui proklamasi kemerdekaan diadakan di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto dan Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta.

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti “transfer of power”. Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor Laut Dr. Hermann Kandeler.[3] Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi).

Detik Detik Proklamasi

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan Laksamana Tadashi Maeda. Teks di susun oleh Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebarjo. Teks proklamasi tersebut diketik oleh Sayuti Melik.

Pagi harinya 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno. Acara dimulai pada pukul 10:00 WIB dengan pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno disambung dengan pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera merah putih yang dijahit oleh Fatmawati dikibarkan oleh seorang prajurit PETA dan seorang pemuda yang membawa baki bendera.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Soekarno dan Hatta terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia.

Naskah teks proklamasi dibuat sesuai dengan keadaan sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bahwa segala hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan secara saksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Proklamasi ini terjadi dalam waktu dan persiapan yang singkat.

Berikut adalah teks proklamasi kemerdekaan :

kronologi-proklamasi-kemerdekaan

P R O K L A M A S I

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan

dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia.

Soekarno/Hatta.

 

Sahabat, Indonesia mungkin sudah 69 tahun merdeka. Namun, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia masih dilanda banyak persoalan dan peperangan seperti peristiwa 10 November, ataupun Gerakan 30 S PKI. Hal yang paling sulit adalah mempertahankan kemerdekaan yang kita raih saat ini.

Banyak orang beranggapan bahwa masa ini kita dijajah oleh bangsa asing dengan budayanya. Ada juga yang bilang, bahwa saat ini kita dijajah oleh bangsa kita sendiri yang menghilangkan rasa kecintaan dan kebanggaannya akan Indonesia.  Kita dijajah oleh bangsa kita sendiri yang berlaku kriminal, serakah dan mengambil hak yang bukan miliknya.

Coba kita ingat kembali. Selama berabad-abad ribuan manusia meninggal demi berjuang melawan penjajah. Mereka para pahlawan yang rela mati demi sebuah kemerdekaan yang akan diwariskan untuk generasi selanjutnya.

Tugas kita saat ini adalah menjaga. Menjaga agar kemerdekaan ini tetap menjadi milik kita. Kemerdekaan yang berdaulat dan hakiki. kemerdekaan yang mempersatukan kembali Indonesia yaitu dengan semangat berubah menjadi seseorang yang menghargai apa yang pahlawan kita lakukan serta mencintai dan bangga akan negara kita negara Indonesia. (Mayda)

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” ~ Soekarno ~

Sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia

Pentingnya Pendidikan sebagai Sarana Mengisi Kemerdekaan

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.