Recently updated on Juli 25th, 2021 at 05:19 pm

Sebagian besar anak sering merasa tidak nyaman bila terlalu dikekang atau dibawa ke tempat baru. Terutama saat tahap perkembangan anak belajar berjalan atau usia bermain. Bila orang tua melakukan terlalu banyak larangan, mereka malah akan menjadi gelisah dan menjadi lebih aktif dari biasanya.
Jangan terburu-buru untuk mencap si kecil sebagai anak hiperaktif. Keadaan yang tidak nyaman, wajar membuat mereka gelisah. Reaksinya bermacam-macam, mulai dari bergerak terus, tak berhenti merengek, hingga menangis keras.
Membesarkan dan merawat anak hiperaktif membutuhkan perhatian, kesabaran, dan waktu yang lebih banyak. Dalam upaya mendorong perkembangan anak-anak ini, orang tua perlu belajar untuk mengelola perilaku anak.
Merupakan hal yang normal bila si kecil aktif seperti memiliki energi yang tidak ada habis-habisnya. Akan tetapi, orang tua patut curiga bila hal ini menjadikannya sukar untuk mengontrol aktivitas dan reaksinya terhadap kejadian di sekitar dirinya.
Baca juga
- Pentingkah Orang Tua Menghargai Privasi Anak?
- Bisakah Membatasi Gadget untuk Anak tapi Orang Tua Masih Menggunakannya?
- Bolehkah Orang Tua Turuti Semua Kemauan Anak?
- Peran Orang Tua dalam Pendidikan Karakter Anak
Anak yang hiperaktif sering terlihat terus-menerus bergerak, terus-menerus bicara, serta susah untuk diam dan tenang. Sering menyela percakapan atau kegiatan orang lain, tidak sabar menunggu gilirannya, dan tidak memiliki rasa takut akan bahaya.
Kondisi ini dapat dikontrol atau dikelola melalui dukungan, pendidikan, dan sarana yang tepat bagi orang tua maupun bagi anak. Jika Ayah Bunda memiliki anak hiperaktif, sebaiknya Ayah Bunda menciptakan kebiasaan agar kehidupan anak tenang dan terorganisir. Orang tua tidak perlu terlalu kaku, cukup menentukan kapan waktu makan, mandi, tidur, dan bermain.
Selain itu orang tua juga harus sering memberikan anak pujian jika dia melakukannya dengan benar. Upayakan untuk selalu memberinya kasih sayang dengan menghargai atau memuji dirinya ketika melakukan tindakan yang baik.
Jangan hanya mengucapkan terima kasih ketika dia membantu orang tua saja, tapi singgung juga proses dan usaha yang dia lakukan. Dengan cara ini anak jadi tahu tindakan apa saja yang tergolong baik.
Rasa ingin tahu dan tidak terima dalam diri anak akan memicu tindakan merengek terus menerus. Biasanya ini akan berlanjut menjadi kegaduhan yang lebih besar. Wajar saja bila anak terpusat pada dunianya sendiri, semua keingintahuannya sebisa mungkin harus dipenuhi oleh orang tua.
Berikanlah penjelasan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti sebagai salah satu cara berbicara yang baik dengan anak. Jangan menggunakan kata kiasan atau analogi. Ikuti terus pertanyaannya sampai ia puas. Setelah itu mereka akan tenang dengan sendirinya. (Ajr)